Hari ini, saya kembali mengantar Arkin dan Ibra ke sekolah. Sebagaimana biasanya, saya ikut membantu mempersiapkan anak-anak ke sekolah, termasuk membantu pakai pakaian seragam. Sebelum berangkat ke sekolah, mamanya mengusulkan agar Arkin dan Ibra hari ini diberi sangu duit. Setelah diselidiki, kemaren Arkin dan Ibra yang meminja jajan ke mamanya. Karena mamanya gak tega, dia janji untuk membicarakan dengan saya soal uang jajan.  

Karuan saja, pagi harinya setelah Arkin dan Ibra mandi, mereka meminta uang jajan. Saya pun mengiyakan. Setelah semuanya siap, kita bertiga langsung naik ke motor. Tak banyak yang diobrolkan selama perjalanan, karena saya fokus nyetir. Baru keluar dari rumah sekitar 300 meter, ditikungan setelah jembatan itu, tiba-tiba saja motor langsung oleng dan nyaris jatuh. Saya langsung mengerem motor itu, jika tidak, kami bertiga pasti jatuh. Pasti ban bocor nih! pikir saya. Saya minta Arkin dan Ibra turun dari motor agar saya bisa ngecek ban motor. Benar, ada paku yang menancap. Saya bingung apakah balik ke rumah untuk dipompa ataukah ke bengkel yang jaraknya sekitar 2km.

Setelah sempat putar balik menuju rumah, saya kemudian terpikir “kalau balik ke rumah terus tidak bisa dipompa, akan lebih jauh lagi ke bengkel”. Kami pun putar balik lagi menuju bengkel. Anak-anak jalan kaki dengan penuh semangat ikut bantu dorong motor menuju bengkel yang jaraknya sekitar 2km itu.

Sesampainya di bengkel, ada ibu yang menawarkan untuk mengantar ke sekolah. “Ayo saya antar ke sekolah” kata ibu itu. “tidak usah bu”, saya menolak tawaran itu. Saya tidak tahu siapa ibu itu. “Gak apa-apa bareng ke sekolah biar nanti gak telat pak”, kembali menawarkan jasa. Saat itu, saya baru menduga sepertinya ini salah satu guru di sekolah Arkin dan Ibra. Lalu saya tanya ke Arkin dan Ibra, apakah mau ikut atau tidak. Awalnya, mereka kompak jawab tidak. “agar tidak telat ke sekolah” alasan saya ke anak-anak. Arkin Ibra pun nurut. Rupanya ibu itu membuntuti kita dan putar balik setelah melihat kita dorong motor. Pasalnya, jalan ke bengkel berlawanan dengan jalan ke sekolah. Agar tak terlalu merepotkan ibu guru tersebut, tas anak-anak tetap saya yang bawa. Terima kasih ibu guru yang keren.

Benar saja, saya harus ganti ban motor dan sekaligus kampas rem belakang. Ah, ternyata uang di dompet tak cukup untuk ganti ban. Saya bilang ke pak bengkel itu, saya gak bawa duit, saya perlu pinjam motor untuk ke ATM. Pak bengkelnya cukup baik. Saya pun pinjam motor dia untuk mengambil duit di ATM. Saya menunggu dengan sabar pak bengkel menyelesaikannya. Motor sudah beres, saya langsung tancap gas.

Sesampainya di sekolah, saya ijin ke pak satpam yang jaga pintu gerbang sekolah untuk masuk guna mengantarkan tas Arkin dan Ibra. “oh yang tadi bannya bocor itu pak” begitu kata pak satpam. “Iya pak”, jawab saya sambil lalu menuju kelas Arkin Ibra.

Saya mengetuk dan membuka pintu kelas Ibra terlebih dahulu untuk mengantarkan tasnya, lalu kemudian ke kelas Arkin. Saat saya di depan kelas Arkin, tiba-tiba Ibra memanggil saya meminta uang jajan. Sayapun menghampiri, sambil memberikan uang jajan kepadanya saya bisikkan “mantra”. Hal yang sama saya lakukan ke Arkin.

Tugas sebagai bapak yang mengantar anaknya ke sekolah usai, kini saatnya tugas saya sebagai karwayan yang harus segera sampai kantor. Langsung ngebutlah di jalan…

 

Tinggalkan komentar